Lelaki berusia 45 tahun ini adalah
petani yang tergabung dalam kelompok tani “Dengkul Jaya” yang merupakan satu
dari tiga kelompok tani di desa Cangkudu, Kec. Balaraja Kabupaten Tangerang.
Terlahir dari pasangan suami istri Datim (Alm.) dan Rasmi yang merupakan anak
ke- 4 dari 11 bersaudara. Menilik dari kehidupan rumah tangganya, pria yang
kerap disapa dengan nama Mudin ini pernah menikah selama tiga kali, dari kedua
istrinya terdahulu telah dikaruniai 5 orang anak yang 2 diantaranya telah
berusia dewasa. Dan dari perkawinan ketiganya dengan putri Bapak Ahyani selaku
Ketua dari kelompok tani Dengkul Jaya
ini telah dikarunia seorang putra yang berusia 2 tahun. Walaupun mengaku tidak
sempat menamatkan sekolah dasar namun pak Mudin dapat mengenal baca, tulis, dan
menghitung dengan cukup baik.
Mudin
(Foto Dok. Avi Danarti, SP)
(Foto Dok. Avi Danarti, SP)
Pengalamannya terjun menggarap sawah
dikenal dari kedua orang tuanya sejak tahun 1988. Pengetahuan dalam hal
bertaninya semakin meningkat pada saat dia tinggal di Serang dan dipercaya
untuk menjadi ketua kelompok tani “GIAT” yang berada di Ds. Pamengkang, Kec.
Kramat Watu, Kab. Serang selama kurang lebih 11 tahun. Terbukti dari acara PENAS
yang pernah diikutinya pada tahun 1998, juara ke-2 pada lomba pola tanam, serta
kegiatan SL- PHT pada tahun 1999. Dari pelatihan SL- PHT yang telah diikutinya
tersebut kini dia dapat selalu mengaplikasikannya di lahan sawah seluas 1,5 Ha yang
dikelolanya. Demikian juga setelah dia hijrah ke Tangerang tepatnya di Kp.
Ciapus RT 05/02, Ds. Cangkudu. Hal itu terlihat dari penggunaan terasi yang
dibungkus kain kelambu yang digantungkan pada sebilah bambu yang ditancapkan di
lahan sawahnya sebagai perangkap walang sangit, serta penggunaan pestisida
nabati yang bahannya tersedia di dekat rumah tinggalnya yaitu seperti bawang
putih, daun mindi, daun sereh, biji jarak serta daun sirsak (nangka walanda).
Karena di Kec. Balaraja yang merupakan
lahan sawah tadah hujan (walaupun ada sebagian kecil yang lokasi sawahnya juga
terdapat saluran irigasi), namun tetap saja masalah ketersediaan air merupakan
salah satu alasan mengapa sistem/tanam legowo sangat sulit diterapkan, paling
tidak hal itulah yang coba dikemukan oleh pak Mudin. Namun begitu, hasil yang
diperolehnya pada musim tanam lalu dapat mencapai 3,7 ton/ Ha GKG. Menurutnya,
padi juga makhluk hidup yang pertumbuhannya perlu diperhatikan agar keadaanya
baik sehingga akan menghasilkan panen yang baik pula. Walaupun masih tergolong
anggota baru di kelompok tani “Dengkul Jaya”, penerapan komponen dasar yang ada
dalam SL-PHT maupun SL- PTT secara perlahan namun pasti mulai diterapkannya
tanpa ada maksud untuk memaksa anggota lainnya. Karena terbukti mulai ada
sebagian anggota lain di kelomponya yang juga mulai ikut menerapkan langkahnya
dalam penggunaan terasi sebagai perangkap walang sangit.
Berikut ini adalah bahan dan cara
pembuatan pestisida nabati ala pak Mudin
Perangkap
walang sangit
Alat dan bahan:
Terasi, Kain kelambu, Sebilah bamboo
Cara pembuatan:
Terasi dipatahkan menjadi dua bagian,
kemudian dibungkus dengan kain kelambu. Terasi yang telah dibungkus tersebut
diikat dan digantungkan pada sebilah bambu kemudian bambu tersebut ditancapkan
di pinggir maupun pada sudut-sudut lahan sawah.
Pestisida nabati (untuk mencegah padi
agar tidak terserang hama dan penyakit)
Alat dan bahan :
Alat : Botol/ jerigen/ tong, Penumbuk
Bahan : Daun sereh, Daun mindi, Daun
sirsak (nangka walanda), Biji jarak pagar, dan Bawang putih
Cara pembuatan:
Cara pembuatan:
Bahan-bahan seperti daun sereh, daun mindi,
daun sirsak (nangka walanda), biji jarak pagar, dan bawang putih ditumbuk.
Kemudian ditambahkan air dan ditempatkan dalam wadah seperti botol, jerigen,
maupun tong. Ditutup rapat dan disimpan selama 1 musim, sehingga pada musim
selanjutnya bahan tersebut sudah dapat diaplikasikan pada tanaman padi mulai
dari masa primordia hingga menjelang panen. Bahan tersebut dapat diberikan
setiap tiga kali seminggu.
(Avi Danarti, SP – THL TBPP BPP
Kaliasin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar